Satu pesan Ayah
Daun berjatuhan yang tak pernah absen dari waktu ke waktu disertai kicauan burung yang menggambarkan kesejukan dan kealamian sebuah desa.
"Ibu, mengapa Ayah tidak pernah pulang? aku rindu padanya bu, bahkan setiap malam aku selalu memikirkannya." Tanya anak itu yang selalu bicara tentang ayah, ayah, ayah, dan ayah.
"Nak, Ayahmu sedang sibuk diluar sana, bersabarlah." Jawab Ibu dengan lembut.
Saat ayah pergi, ayah menitipkan sesuatu kepada ibu untuk Rio. Namun karena kesibukan ibu, ia lupa bahkan tak sempat memberikan amplop itu pada anaknya. Seiring berjalannya waktu, Rio sudah menjadi remaja yang tampan dan cerdas. Beberapa kali ia mendapatkan penghargaan sebagai siswa berprestasi.
Dibalik kecerdasan dan kedamaian hidupnya, Rio ingin sekali menanyakan apa pekerjaan ibu dan ayah selama ini. Apa yang dikerjakan oleh kedua orang tuanya selama 16 tahun ini, ia tidak pernah melihat keluarganya berkumpul bahkan saat hari raya pun mereka terus bekerja.
Tak henti hentinya Rio menanyakan keberadaan ayah. Dalam masa pertumbuhan seorang anak sangat membutuhkan figur seorang ayah, terutama untuk anak laki-laki. Ia membutuhkan nasihat serta bimbingan untuk menjadi seorang laki-laki yang bertanggungjawab dan sukses dalam membimbing dunianya.
"Ibu, mana Ayah?! aku butuh Ayah, Bu. Aku ingin ayah kembali, aku ingin Ibu kembali. Aku ingin semua kembali seperti saat aku masih kecil dulu. Dulu, ibu selalu ada di rumah, Ayah pun setiap hari libur selalu di rumah, kita pergi jalan-jalan. Sekarang? Bu, Kumohon. Apakah aku boleh mendengar suara ayah, Bu?? Kali ini saja, Bu." Ucapnya.
Ibu terkejut anak yang selama ini selalu nurut dan lembut, ia bisa berbicara dengan lantang dengan penuh penekanan. Ibu menatap Rio, melihat tetesan air mata anaknya, getaran bibirnya, mata merahnya membuat hatinya tersakiti. Ibu tak sanggup menahan air matanya.
Tangannya mengusap kepala Rio, "Mengapa kau selalu memikirkan ayah, nak? Sedangkan kau masih ada ibu di sini. Tidak ingatkah Rasulullah SAW menyebutkan kata ibu sampai 3x dan terakhir adalah ayahmu? Ibu selalu ada untukmu, ibu bekerja untukmu, bukan ayahmu." Jawab ibu dengan tenang. Ia menenangkan Rio dengan sebuah kalimat yang memaknai bahwa "tidak ada ayah, kita masih bisa bertahan, nak. Ibu akan selalu ada untukmu."
"Nak, maaf." ucap ibu sembari mengeluarkan sebuah surat dari tas hitam miliknya. " Maaf ibu belum bisa membahagiakanmu. Tentang ayahmu, dulu ayahmu memberi surat ini. Surat ini tertulis untukmu Rio, sampai saat ini ibu tidak tahu apa isinya, ibu belum baca bahkan membukanya pun tak sanggup. Ibu baru mengasih suratnya sekarang, karna ibu tau ketika anak Ibu sudah besar, Rio akan menjadi seseorang yang tegar dan mandiri. Ibu sengaja tidak selalu ada di rumah. Setiap kamu pulang sekolah, ibu pergi mencari pekerjaan dan ketika ibu pulang malam, itu karena ibu bekerja di rumah tetangga sebelah. Sehari ibu mengerjakan dua pekerjaan sekaligus, untuk kita. Itulah pekerjaan ibu selama ini nak. " jelasnya.
Saat mendengar semuanya, Rio sadar ia telah berbicara terlalu menekan ibunya untuk menjelaskan keberadaan ayah. Rio membuka surat dengan sangat hati-hati, tangannya bergetar dan air matanya mengalir deras.
----
Untuk Anakku, Rio Saputra
Assalamu'alaikum, nak.
Mungkin saat membaca surat ini, kau sudah besar nak. Ayah minta maaf karena selama ini ayah tak pernah ada disampingmu. Ayah rindu nak, ayah sangat rindu tawamu, suaramu, semua tentangmu. Doakan ayah selalu di sini. Meskipun ayah tidak ada disampingmu tapi ayah akan selalu hadir di hatimu. Temukan ayah disetiap langkahmu, nak.
Ayah menyimpan peti di gudang. Barang ini sengaja ayah simpan sejak lama untuk anak ayah. Ada beberapa petunjuk untuk menemanimu di masa depan. Semoga kamu suka ya nak, tolong jaga barang itu dengan baik, sayang.
Ingat tidak, dulu Rio berjanji bila sudah besar nanti kamu akan membahagiakan ayah dan ibu. Nak, tidak perlu keras untuk menuntut kata bahagia. Sekolah yang benar, belajar dengan sungguh-sungguh, menjaga ibu dengan baik, itu sudah membuat kami bangga. Ayah yakin, Rio anakku pasti bisa sukses mencapai apa yang kamu impikan.
Bila kamu sudah lulus, ayah ingin kau melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi ya sayang, sampai menjadi Ir, yang nanti namanya akan berubah jadi Ir. Rio Saputra. Indah bukan?
Rio, sampai jumpa dititik takdir ya sayang. Ayah sayang padamu, tolong jaga ibu, nak.
Ingat ayah selalu, saat kau melihat senja.
Salam sayang
Radjiman Saputra.
-----
"Ibu" Panggilnya. Tatapan keduanya sangat dalam. Rio memeluk ibu dengan erat, menelan kenyataan hidup yang selama ini tidak pernah ia rangkai dalam skenarionya. Isak tangis ibu dan Rio menyelimuti keheningan malam, hari ini adalah hari paling terluka untuknya.
"Maafkan ibu nak, ibu sudah menyimpan surat itu lima tahun yang lalu, saat kamu sedang fokus olimpiade. Ibu tidak ingin merusak konsentrasimu, hari ini, hari yang tepat untuk menjawab semua pertanyaanmu tentang ayah."
"Jadi, ayah?--" Rio membaca kembali kalimat terakhir, Ingat ayah selalu, saat kau melihat senja. "Ayah, sudah tidak ada, Bu? kenapa bu?"
Ibu memeluk Rio dengan erat, keduanya sama sama meneteskan air mata. Ibu dengan penuh penyesalan karna baru memberikan surat itu saat ini, Rio dengan kekecewaan yang bercampur dengan rasa rindu dan ketidakyakinan. Ia tidak percaya bahwa ayahnya sudah tiada, ia tidak percaya bahwa ia akan hidup tanpa ayah.
"Maafkan ibu ya nak." Ucap lembut ibu dengan isak tangis. Tanpa membalas ucapan ibu, Rio melepaskan pelukannya dan berlari menuju kamarnya. Ia marah, sedih, kecewa atas keputusan ibu.
Di pagi hari ia buru-buru pergi ke gudang untuk membuka peti yang ayahnya simpan bertahun-tahun. Sebuah peti berwarna emas itu dipenuhi debu, peti dengan seribu kenangan. Rio kembali meneteskan air mata saat membuka peti itu. Ayah memberikan buku galeri foto, beberapa buku bacaannya, sepatu hitam dan jas. Foto-foto yang disimpan dalam buku galeri, ayah susun sejak Rio masih kecil sampai saat ayah pergi, foto-foto itu mengingatkan Rio saat masa-masa bahagia bersama dengan ayah dan ibu. Menyusuri taman bunga, melihat senja, bahkan foto saat ayah lomba pun masih ada. Ayah yang sangat berbakat, ia pernah menjadi siswa berprestasi dan menang lomba olimpiade matematika tingkat provinsi.
"Akan ku jaga, Ayah. Terima kasih sudah menyusun ini dengan rapi dan apik." batinnya sambil memeluk buku galeri foto.
Rio tumbuh menjadi seorang pemuda cerdas dan berprestasi. Ia selalu menggunakan jas dan sepatu hitam milik ayahnya. Amanah ayah yang ingin puteranya menjadi seorang Ir, terwujud. Rio berhasil meraih mimpi ayahnya menjadi seorang Ir, Rio Shaputra.
Komentar
Posting Komentar